Media Sosial, Jejaring Sosial dan Jiwa Sosial

Media Sosial, Jejaring Sosial dan Jiwa Sosial
Bukan sekali dua kali saya bermasalah dengan media sosial. Bukan sekali dua kali juga saya disentil atau dinasehati, “jangan suka baper (bawa perasaan) dengan status di media sosial”. Kadang, sentilan atau “nasihat” seperti itu diakhiri dengan pesan sinis: kalau suka sensi, jangan main sosmed, main aja congklak sana, biar happy. Ini adalah sebuah pengingat untuk diri sendiri, tentang Media Sosial, Jejaring Sosial dan Jiwa Sosial.
Catatan tentang Media Sosial, Jejaring Sosial dan Jiwa Sosial

[success title=”Cerita dari Grup WhatsApp:” icon=”check-circle”]Pegawai pabrik rokok heran, karena teryata owner pabrik rokoknya yang sangat kaya raya, ternyata tidak merokok sama sekali. Penasaran, ia pun bertanya kepada sang pemilik pabrik rokok.

Pegawai: “Bapak, kenapa kok Bapak tidak merokok sama sekali?”
Owner: “Lho, memangnya kenapa?”
Pegawai: “Bapak kan pemilik rokok. Kenapa malah tidak merokok?”
Owner: “Itu di bungkus rokok kan ada tulisannya: Merokok dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, impotensi, gangguan kesehatan dan janin. Ngapain saya merokok kalo bisa jadi penyakitan?”
Pegawai: “Maksud Bapak….?”
Owner: “Percuma jadi orang kaya kalo kena kanker, penyakit jantung, apalagi impotensi.”
Pegawai: “Lha, kenapa Bapak bikin pabrik rokok?”
Owner : “Rokok itu dibikin hanya untuk orang orang yang NGGAK BISA BACA saja..!!!”[/update]

Hikayat Para Pecandu

Cerita itu di-share suatu pagi di grup WhatsApp, tempat saya berbagi cerita bersama para senior dan sesama sahabat dari Manggarai – Flores. Tentu, maksudnya adalah berbagi candaan segar di pagi hari. Saya pun tidak lantas baper dan menganggap guyonan itu adalah cibiran untuk kami, sebagian anggota grup yang sampai hari ini masih menjadi pecandu asap tembakau.

Bicara tentang candu, media sosial (medsos) pun kini ibarat rokok: candu yang sulit dipisahkan dari keseharian masyarakat modern. Bahkan, kalau diukur dari sisi derajat kecanduan, pecandu medsos, dalam arti tertentu, lebih parah ketimbang pecandu lintingan tembakau.

Banyak yang kini “tidur” dengan handphone, setelah sebelumnya mengecek dan membalas postingan Twitter atau Facebook jelang mata tertutup. Beberapa yang saya temui, bahkan masih menyempatkan diri meng-update timeline medsosnya saat terbangun di malam hari karena gigitan nyamuk atau karena terusik paparan AC yang kelewat dingin.

Saat bangun di pagi hari pun, mengecek dan mengupdate timeline adalah piket wajib para pecandu medsos sebelum menyapa orang-orang terdekat dengan sapaan pembangkit semangat. Well, padahal Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook tidaklah se-pecandu itu.

Saya curiga, jangan-jangan kalau pertanyaan si pegawai pabrik rokok dalam cerita tadi, dialamatkan dalam versi berbeda kepada Mark Zuckerberg, jawabannya juga sama: “Facebook itu dibikin hanya untuk orang orang yang NGGAK BISA BACA saja..!!!”

Haha! Just Kidding!!

Media Sosial dan Jejaring Sosial

[info title=”Info message…” icon=”info-circle”]Sudah kelewat subuh, ternyata. Nanti sore akan saya lanjutkan lagi..
[/info]

Exit mobile version