Budaya Kita Adalah ‘You Are What You Hide’

Budaya Kita Adalah ‘You Are What You Hide’
Saya baru dengar. Beberapa hari ini. Termasuk setelah baca ulasannya Abang Franz A. Thomas Ire. Soal itu. Soal jadi romo via jalur cepat: Misdinar-Diakon-Prodiakon-Sakramen Imamat.

Termasuk soal polemik sembunyi tahi di asrama Seminari. Polemik yang menguar di sejumlah media nasional dan menuai cacian dari seluruh penjuru bumi.

Juga soal tokoh yang pake branding S3 Vatikan di banner ceramahnya. Branding yang di tempat lain seolah direvisi jadi ‘sekadar’ S2 Vatikan.

Kalau soal polemik sembunyi Harun Masiku, saya sudah dengar sejak lama. Sejak 7 Januari lalu. Cuma, yang ‘dianggap’ menyembunyikan Harun Masiku tidak dikabarkan dipaksa ‘makan’ tahi seperti kasus di Seminari itu.

Ya, mungkin karena dipaksa makan tahi untuk bisa jujur, bukan budaya kita. Mungkin budaya kita adalah ngeles, konpres, protes, dan klarifikasi. Ah, termasuk sidang DPR berjilid-jilid, berpansus-pansus, dengan ujung-ujungnya tetap ‘bukan saya’ dan ‘bukan kami’.

Kembali lagi. Soal penerima sakramen imamat jalur akselerasi, soal polemik tahi di Seminari, soal lulusan S3 Vatikan, dan soal Harun Masiku. Saya jadi ingat soal itu.

Soal sebaris kutipan Andre Malraux dalam “Man’s Fate”: Man is not what he thinks he is, he is what he hides.

Benang merahnya kira-kira begitu.

Usul saja. Untuk yang mau sembunyikan fakta sebenarnya di balik klaim ‘mantan pastor’, baca dulu baik-baik beberapa dokumen. Diantaranya yang bisa disebutkan:

– Kitab Hukum Kanonik -> kanon 1008-1033 plus tambahannya di kanon 1050-1051.
– Dokumen Konsili Vatikan II -> Optatum totius dan Presbyterorum ordinis.

Minimal itu. Bisa juga baca dokumen lain sebagai pelengkap, semisal ‘Pastores dabo vobis’ atau ‘Vita consacrata’. Atau setidaknya googling-lah. Biar tidak dianggap klaim mantan-pastor untuk bisa ‘gagah-gagahan’ itu seperguruan dengan teori Aquos Spermae atau pembuahan melalui media air ala Komisioner KPAI.

Juga usul. Untuk junior yang sembunyikan tahi di asrama. Sembunyikanlah baik-baik. Pada tempatnya. Di lubang WC, misalnya. Atau di kebun asrama. Jangan di dalam lemari. Apalagi di kolong tempat tidur.

Usul lain. Untuk yang sembunyikan Harun Masiku. Sembunyikanlah baik-baik. Jangan di kamera CCTV. Jangan juga ‘di atas kertas salah ketik’ semisal Omnibus Law atau izin gelaran Formula E.

Sembunyikanlah baik-baik. Karena jujur (mungkin) bukan budaya kita. Budaya kita adalah you are what you hide.

Budaya Kita Adalah You Are What You Hide

*Bandung. Saat bersembunyi.

Exit mobile version